Imam Bonjol, atau nama lainya Peto Syrif, lahir pada tahun 1772 di kampung Tanjung Bunga, Pasaman, Sumatera Barat. Ia terkenal sebagai tokoh yang gigih menentang kolonial Belanda, dan juga melakukan pelusuran ajaran Islam yang banyak di selewengkan pada masa itu.
Tuanku Imam Bonjol melakukan perlawanan pada belanda dengan cukup gigih. Perlawanan ini sangat merepotkan Belanda, sampai - sampai Belanda melakukan perjanjian damai di Masang, Sumatera Barat pada tahun 1824.
Namun demikian, Belanda sendiri yang melakukan pengingkaran dengan menyerang Nagarai Pandai Sikat. Pertentangan antara kaum paderi ( kalangan agama ) denga kaum adat dimanfaatkan oleh Belanda untuk menghantam kaum paderi.
Belanda sangat membantu kaum Adat karena mereka ingin menangkap Tuanku Imam Bonjol, yang di anggap membahayakan. Tidak tanggung- tanggung, Belanda mengirimkan pasukan tangguhnya untuk menggempur pasukan Kaum Paderi, Bahkan Gubernur Jenderal Van den Bosch juga ikut memimpin serangan ke Bonjol.
Setelah panglima perang berganti tiga kali, dan munggu hampir tiga tahun, Belanda akhirnya berhasil menaklukan Bonjol pada 16 Agustus 1837.
Dengan melakukan upaya perdamaian berupa Maklumat Palakat Panjang, Belanda berusaha menjebak Imam Bonjol. Pada awalnya Imam Bonjol tidak percaya dan curiga, namunakhirnya, lewat kelicikan Belanda dapat menjebak Tuanku Imam Bonjol lewat perundingan terselubung. Imam Bonjol pun tertangkap, lalu diasingkan ke Cianjur. Kemudian ia di pindahkan ke Ambon, karena takut mempengaruhi kaum muslim di Jawa Barat. Hingga akhirnya Tuanku Imam Bonjol wafat di Manado, tempat pengasinganya terakhir pada tanggal 6 Nopember1864.
Sikapnya yang tidak kenal kenal kompromi terhadap Belanda dan memegang teguh kemurnian ajaran Islam patut di teladani. Sikap seperti ini terbukti mampu membuat Belanda hampir putus asa.
Berdasarkan Surat keputusan Presiden RI No.087/TK/1973, tanggal 6 Nopember 1973 Pemerintah menetapkan Tuanku Imam Bonjol sebagai Pahlawan Perjuangan kemerdekaan.